Cara Budidaya Jeruk Bali agar Berbuah Lebat
Pomelo atau jeruk bali termasuk buah musiman. Dalam setahun, para petani hanya melakukan panen raya hingga dua kali. Namun sebenarnya, selain musim panen raya, pohon pomelo masih bisa berbuah, walau jumlah terbatas. Memilih jeruk bali yang manis gampang-gampang susah. Soalnya, kulit jeruk bali biasanya berwarna hijau atau kuning ketika matang. Untuk mengetahui jeruk tersebut manis, kita harus melihat isi daging buahnya.
Daging buah jeruk bali ada yang berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kemerahan. Biasanya, jeruk bali yang berwarna kemerahan memiliki rasa lebih manis dibandingkan jeruk bali yang memiliki daging berwarna putih. Nama jeruk bali hanya dikenal di Indonesia. Di negara lain, pomelo punya nama lain. Misalnya, di Filipina, penduduk setempat menyebutkanya suha atau lukban. Sedangkan, penduduk Thailand menyebutnya som-oh. Di Bangladesh, jeruk jumbo ini berjulukan jambura, dan masyarakat China mengenalnya sebagai youzi.
Di Indonesia, jeruk bali dibudidayakan dengan cara cangkok. Ini terutama untuk jenis jeruk bali yang tidak memiliki biji. Cara budidaya dengan cangkok dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan penanaman secara biji atau stek, karena masa tanamnya yang lebih pendek. Sukir, petani jeruk bali madu di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengatakan, buah jeruk bali madu hasil budidaya di perkebunannya tidak memiliki biji.
Lantaran dibudidayakan dengan cangkok, Sukir berpesan, agar petani benar-benar memperhatikan bibit tanaman ini. Jangan sampai berasal dari tanaman induk yang terserang penyakit. “Bibit ini akan menentukan hasil panen dan kepanjangan umur,” katanya. Suhadi, petani jeruk asal di Pati, mengembangkan tanamannya jeruk bali dengan cara cangkok dan stek. “Tanaman ini relatif tahan banting, bisa bertahan tanpa pupuk dan air, yang penting terkena sinar matahari langsung,” ujarnya.
Sukir yang sudah menanam jeruk bali madu sejak 1989 silam, menuturkan, jarak tanam antara satu pohon dengan pohon lain minimal 6 x 7 meter. Jarak itu dipakai dengan syarat lahan miring ke timur. Sementara untuk lahan rata atau miring ke barat, jarak tanam paling tidak 7 x 8 meter atau 8 x 8 meter. Jarak tanam yang sangat lebar itu untuk mengantisipasi pertumbuhan pohon yang bisa mencapai ketinggian sekitar lima meter.
Selain itu, pertumbuhan ranting yang banyak menyamping juga akan mengurangi sinar matahari, makanya jarak antara satu pohon dengan pohon lainnya cukup jauh. “Sinar matahari yang kurang akan membuat hasilnya kurang bagus,” ungkap Sukir. Selain perlu sinar matahari yang banyak, pohon jeruk bali perlu dipupuk tiga kali dalam setahun. Sukir mencontohkan, selama ini, ia memberi pupuk kandang setahun sekali ketika sudah mulai musim kemarau antara Juni hingga September. Ketika musim hujan mulai atau sekitar Oktober dan November, dan pada Maret atawa April, Sukir menaburi pupuk NPK.
Suhadi menambahkan, petani juga perlu memperhatikan ancaman hama, seperti lalat buah dan kecabuk. “Kecabuk membuat warna buah menjadi hitam,” ujar dia. Untuk mengatasinya, butuh pestisida dan methyl eugenol. Untuk lalat buah, petani hanya perlu menyediakan perangkap. Sementara penyakit yang perlu diwaspadai, adalah diplogia basah dan kering. “Diplogia berimbas menurunkan produksi buah,” kata Suhadi. Untuk mengobatinya, ia bilang, perlu olesan ramuan obat yang dinamakan bubur bordu atau bubur kalifornia ke bagian tanaman yang terserang penyakit.
Pohon jeruk bali akan aktif berbuah mulai tahun ketiga dari penanaman. “Di tahun ketiga itu, maksimal bisa berbuah mulai dari 5 jeruk hingga 25 jeruk,” kata Sukir. Ia menambahkan, kalau pohon terlalu banyak berbuah bisa kekurangan nutrisi. Jadi di awal-awal panen, pemangkasan perlu dilakukan kalau buah dirasa terlalu banyak. Setiap tahun, jumlah panen akan bertambah seiring pertumbuhan pohon. Pohon jeruk bali akan menghasilkan buah maksimal di usia tujuh atau delapan tahun. Ketika itu, satu pohon bisa menghasilkan sekitar 400 hingga 500 buah dalam sekali panen.
Sukir menyatakan, pohon jeruk bali berusia cukup panjang. Pohon yang sudah berumur sekitar 23 tahun pun masih tetap berbuah. Selama ini, Sukir bisa memanen sebanyak dua kali dalam satu tahun, antara bulan Februari hingga Mei dan selama bulan Oktober sampai November. Meski panen besar hanya berlangsung dua kali setahun, sejatinya pohon pomelo berbuah sepanjang tahun, walau jumlahnya tidak sebanyak ketika panen raya. “Per batang mungkin sekitar 15 atau 20 buah, paling banyak 50 buah,” kata Sukir.